Kelipan kursor menunggu dengan penasaran apa yang akan dia jejakkan dari tarian jemariku. Satu menit, sepuluh menit, satu jam. Lama.. .iya, sudah lama sekali dia menunggu. Bahkan sejak beberapa hari yang lalu hal yang sama selalu terjadi.
Ada rasa putus asa, aku tak ingin lagi menulis.
Ku coba pejamkan mata mencari sesuatu yang terselip di otakku, berharap inspirasi segera datang. Tapi hanya tik… tik… tik… suara jam dinding yang menguasainya. Kemudian kebuntuanpun berlanjut. Dan kelipan kursor lagi-lagi menggodaku.
Ada rasa putus asa, aku tak ingin lagi menulis.
Ku coba memandang langit, berharap kerlip gemintang mau memberikan ceritanya untukku. Sesaat aku larut dalam kekaguman, subhanallah betapa indah ciptaan-Mu ya Rabb. Namun saat ku mulai bertanya akan kisah meraka, yang ku terima hanyalah kedipan indah cahayanya. Ah, aku kembali kosong.
Ada rasa putus asa, aku tak ingin lagi menulis.
Mungkinkah memang sudah takdirku untuk tidak menjadi seorang penulis, atau mungkin aku memang benar-benar tak bisa menulis. Apalagi saat ku ingat tak seorangpun dari saudara kandungku yang pandai menulis.
Ada rasa putus asa, aku tak ingin lagi menulis.
Tapi bukankah aku baru belajar menulis?! Iya, bahkan sangat baru.
Kalau aku menyerah sekarang, apa kata dunia… :D
Aku masih ingin menulis…..
#dalam kekosongan ide. ^_^
Bismillah saja mba :)
BalasHapusMahir menulis bukan dilihat dari faktor keturunan kok ^^
Smangat :D
hehe, makasih mbak.
Hapuscuma satu alasan untuk putus asa yang tidak benar.
Kata orang bijak, kalu ide nulis lagi mandek maka banyak2lah membaca ^^
BalasHapussiiip mbak... gek pinjemin nia buku yo... :)
Hapusdalam keluarga besar saya, tak ada satupun yang menjadi penulis, tidak juga saya. tapi karena saya ingin menulis, maka saya berusaha dan terus belajar hingga akhirnya ada beberapa hasilnya yang bisa dibaca, walau masih hambar akan makna.
BalasHapusSeperti yang disarankan Mbak Yunda Hamazah, apa yang saya tuliskan adalah hasil dari apa yang saya baca, walau terkadang yang saya baca tidak berupa tulisan, tapi kejadian.
Tetap semangat saudaraku!
betul betul betul...
Hapustapi bukannya mas abi ini seorang penulis, kontributor salah satu situs favorit saya, kok gak ngaku, hehe. paece.
saya setuju dengan mbak yunda hamzah dan mas abi sabila.
BalasHapusmenulis juga bukan hal sekali jadi langsung bagus melainkan melalui proses usaha, belajar, membaca dan kemauan untuk menulis.
salam kenal untuk adenia dan semua komentator disini
yupz, salam kenal juga...
Hapusterima kasih sudah berkunjung ke blog saya dan menjadikan saya sebagai teman.
HapusMenulis terus, itu bukan hanya berguna bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
BalasHapusBukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain "
Ide banyak kok, tinggal ambil dan olah saja.
Salam hangat dari Surabaya
makasih pakdhe, insyaAllah saya coba terus. belajar sepanjang hidup..
HapusSalam hangat dari palembang
tulis saja... kapan lagi!
BalasHapussekarang mungkin boleh merasa kurang, namun itu akan menjadi tajam sejalan dengan waktu.. :)
kayak pisau aja yah... :)
Hapusmakasih supportnya.
menulis itu indah, sekali menulis bisa mewakili ribuan kata dan ada setiap waktu bagi siapa saja yang ingin melihatnya... mari menulis ^_^
BalasHapusyuk mari... ^_^
HapusSemangat istriku...aku percaya dirimu bisa :)
BalasHapustentu saja.. makasih sayang.. ^_^
Hapusdah mulai ketularan ngeblog juga kayaxnya.. :)
kan fastabiqul khoirat.. :)
Hapusbagus tulisannya....bait pertama aja sudah bikin penasaran
BalasHapusmenulislah selama masih bisa
BalasHapusMenulislah mba,, semoga saja ada satu tulisan kita yang bermanfaat dan bisa di bawa ke akhirat kelak..
BalasHapussangat indah..
BalasHapus