Jumat, 22 Juni 2012

Ridho-Nya dan Ridho-nya

WAKTUNYA MUDIK... sudah kangen banget sama emak. terakhir aku dan suami mengunjungi beliau 2 bulan yang lalu. Beliau tinggal agak jauh dari Palembang, biasanya dengan travel (mini bus) kami butuh waktu 2 jam untuk sampai di sana.
dari rumah kami perlu naik angkot atau ojek dulu sekitar 5 menit baru bisa sampai di pool travel.

sambil bungkus oleh-oleh untuk emak, suamiku bilang "Dinda, nanti kakak anter dinda dulu ke travelnya pake motor ya?"
"trus motornya tarok mana?" tanyaku
beliau menjawab "ya motornya kakak tarok di rumah lagi, baru nanti kakak nyusul pake ojek aja"
aku yang selalu cenderung tidak mau ribet langsung nyerocos aja "kayaknya nggak efektif deh kak, mending kita bareng aja naek ojek atau angkot, biar kakak nggak repot bolak balik"
"lagian adek nggak mau nunggu-nunggu sendirian di sana, ntar ada yang godain" tambahku sambil tertawa.
tanpa menunggu jawaban dan melihat ekspresinya, aku langsung melangkah ke luar sambil agak berteriak "udah siap sayang? yuk kita berangkat..."

5 menit... 10 menit... 15 menit... angkot yang kami tunggu belum nongol juga, tidak biasanya begini.
mukaku jadi memerah, mirip jilbab yang ku pakai, panasss....
hampir setengah jam kami menunggu.
"panas ya dinda?" tanyanya.
aku cuma senyum aja.
kemudian dia kembali bicara "kalo tadi kakak anter mungkin kita udah di travel kali ya?"
"naek ojek aja yok?" kataku seenaknya, tak terlalu memperhatikan omongannya barusan, karna udara udah makin terasa panas.
"emangnya dinda mau dibonceng oleh yang bukan muhrim? kakak nggak rela."
"kan lagi darurat..." bantahku.
"belum darurat kok, kan masih ada pilihan lain..." ucapnya.
aku diam... tapi tiba-tiba ada sesuatu yang menyentak hatiku. ku tatap muka suamiku yang berjenggot tipis itu. aku mengingat-ngingat kembali semua ekspresinya selama 8 bulan kami menikah.
dengan aksen yang agak manja aku bertanya padanya "kakak lagi kesel ya? lagi nggak ridho sama dinda ya?"
"apa alasan kakak untuk kesel?"
"kan tadi dinda nggak nurut sama perintah suami..." (sambil beristighfar dalam hati)
"astaghfirullahal'azhim... maaf ya kak..."
si dia hanya diam, membuat aku makin deg-degan.
"kak..." ku panggil lagi si dia sambil berusaha membaca garis wajahnya. ku lihat pelan-pelan mulai ada senyum di sana.
"alhamdulillah... hehe"
di saat yang bersamaan ada angkot lewat, dan kami pun segera naik.
dan penyakitku kambuh lagi deh "masyaAllah... beneran rupanya ya... kalo nggak diridhoi suami kayaknya bakal dapet azab kayak tadi"
terus saja aku nyerocos kayak nggak punya rem "kakak kok nggak bilang sih kalo lagi kesel, kalo bilang dari awal kan dinda bisa cepet-cepet minta maaf, jadi angkotnya juga bisa cepet dateng"
"maaf ya... lain kali nggak gitu lagi deh"
dan si dia pun hanya tertawa...

sepenggal kisah sepasang anak manusia yang memilih hidup mandiri setelah seminggu menikah. istri yang cenderung blak-blakan dan suka bercanda, suami yang cenderung serius dan suka memakai bahasa-bahasa kiasan. Dengan semua perbedaan itu mereka berjuang untuk membangun sebuah bahtera yang disertai harapan bahtera itu bisa membawa mereka ke syurga-Nya.
semoga bisa mengambil hikmahnya.


Senin, 11 Juni 2012

Ibarat

Ibarat matematika dan angka-angkanya
Ibarat fisika dan rumus-rumusnya
Ibarat kimia dan reaksi-reaksinya
Ibarat bahasa dan kata-katanya

Ibarat motor dan bensinnya
Ibarat modem dan sinyalnya
Ibarat printer dan tintanya
Ibarat ponsel dan pulsanya

Ibarat mawar dan harumnya
Ibarat hujan dan airnya
Ibarat lautan dan pantainya
Ibarat tata surya dan mataharinya

Aku tanpamu tak ada artinya
^_^


Selasa, 05 Juni 2012

Dari Ukhti Purnama-ku

Lagi bahagia nih... :-)

Baru dapet email dari salah satu sahabat terbaikku. Dia selalu menganggapku seperti cermin dirinya, alasannya sih karna kita banyak kesamaan. Dulu kami satu kampus, bersama bergerak di sana. dia aktif di BEM dan aku di legislatif kampus. Setelah menyelesaikan S1 nya dia melanjutkan S2 ke UNJ (Universitas Negeri Jakarta). dan aku masih di sini (Palembang).

Pertama kali kami bertemu di mentoring kampus yang diadakan oleh anak-anak LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Di sana kami satu kelompok. mungkin kalau aku diminta menggambarkan dia saat kami pertama kali bertemu, maka satu kata yang aku pilih adalah "petasan". iya, aku bilang petasan karena dia "meledak-ledak", mungkin lebih tepatnya ekspresif kali yaa.. :-)

Supel, bersemangat, perhatian, penyayang, selalu ceria dengan tawanya yang khas, pandai sastra, dan tentu saja dia seorang yang cerdas. Triska Purnamalia, itulah namanya...

Nih aku posting juga surat darinya...

Untuk Cahaya Hatiku…

Tidak pernah kusesali pertemuan kita. Mengenalmu adalah sebuah hadiah yang Allah berikan untuk memperindah perjalanan napasku. Aku begitu menyukai senyummu, indah dan menyejukkan. Begitu damai. Dan aku ketagihan untuk melihat senyum itu. Lagi… lagi… dan lagi… Aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan selalu membuat wajah itu untuk tersenyum.

Akan kulindungi dari badai, akan ku payungi dari hujan, akan kusirami dengan kasih sayang, akan kutaburi dengan manisnya rasa. Apapun akan kulakukan untuk melihat senyum itu di wajahmu saudariku. Karena aku cinta.

Pertama mengenalmu, anti mellihatku dengan tersenyum. Mungkin aneh melihat makhluk langkah sepertiku. Kau rangkul aku dengan hangat. Dan sikapmu mengikat hatiku. Semakin hari, aku semakin mengenalmu. Semakin hari ikatan hati itu semakin mengencang.

Sebagai anak bungsu, kita memiliki beberapa kesamaan. Aku begitu senang berkunjung dan mengenal keluargamu. Abah yang bijaksana, emak yang rame, yuk leni yang cerewet dan hoby cerita, kak afid yang sering jail, kak Adi yang mirip banget denganmu, yuk yuni yang ummi banget, dan keponakan-kponakanmu yang lucu, rame dan cerdas. 

Ukhti, aku begitu terharu melihatmu merawat abah. Pasti dirimu sayang banget sama abah. Kita sama-sama berdo’a untuk ayahanda kita ya.. 
Sekarang kita benar-benar sama. karna kita memang  punya banyak kesamaan. Yang pasti sama-sama cantik! He..he.. mulai dah narsisnya keluar.

Kami sering memperhatikan, ketika dirimu ditelpon. Ih, manja banget!. He..he.. tapi aku suka. Bahkan aku suka sikap cuekmu yang kadang masa bodoh! Kadang polos dak ketulungan. Plus dak nyambung banget klo soal puisi. Tapi dirimu punya satu kelebihan dariku, lumayan pintar masak. Tapi aku pintar juga ukh, Pintar nyicip.ha..ha.. nak jadi apo nian diriku nih.

Cahaya Hatiku…

Semoga kita bisa reunian disyurga nanti. Kita harus terus saling menguatkan, terus saling menyayangi dan berbagi.

Mengenalmu adalah hal yang membahagiakan. Dulu, kini dan dan nanti. Tetaplah istiqomah dalam kebaikan dan tetaplah menjadi adek bungsuku. Ana uhubukki fillah… =)

Untuk Biknya/Ramadhania/Nia/Cahaya Hati/Pujaan hati kalo kata Defri Hanas. =)


ini foto kami saat masih mahasiswa.
aku yang pake jilbab biru, dan dia tepat di sebelahku, yang pake kaca mata.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR. At-Tirmidzi; Shahih)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)